OTODIVA — Mitos kendaraan listrik masih menghantui hingga saat ini. Padahal kendaraan listrik telah mulai menjadi tren di jalanan Indonesia. Apalagi fenomena sebuah mobil mungil kompak kerap berseliweran di ibukota. Ya, mobil mungil itu adalah Wuling Air ev.
Sudah bukan rahasia lagi jika wanita memang menyukai mobil yang mungil dengan warna-warna kalem. Wuling Air ev sendiri memiliki lima warna yang dipasarkan, mulai dari putih, kuning, pink, biru, dan hijau. Meski banyak yang berminat namun mitos kendaraan listrik masih ada dalam pikiran mereka, terutama soal keselamatan.
Menurut Public Relation Manager PT SGMW Motor Indonesia, Brian Gomgom mengungkap jika riset internal di perusahaannya membuat Wuling akhirnya mengeluarkan mobil listrik berukuran kecil yang muat hanya empat orang.
“Riset yang pernah kami dapatkan, kebanyakan orang yang memiiki mobil Wuling biasanya hanya untuk maksimal empat penumpang di dalamnya. Jarak yang ditempuh saat membawa mobil listrik pun biasanya hanya sekitar 50 kilometer,” ujar Brian saat Wuling Air ev DriveXperience bersama Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) di bilangan Pondok Indah kemarin.
Menurut Brian Gomgom, mobil listrik sudah bisa diterima dengan baik di masyarakat. Bahkan sejak Agustus tahun lalu sampai Juni 2023, total Wuling Air ev yang terjual mencapai angkan 9700 unit. Ini disebutnya sebagai awal yang baik dari pasar mobil listrik.
Baca juga: Harga Tiket GIIAS 2023, Disarankan Beli Online
Meski begitu, memang mitos terkait mobil listrik masih menghantui. Terutama terkait setrum yang dialirkan oleh mobil listrik, sampai battery anxiety yang melanda pemilik pemula mobil listrik.
Berikut ini beberapa mitos kendaraan listrik yang sering menghantui para pemilik mobil listrik:
1. Battery Anxiety
Menurut Gomgom, salah satu yang menjadi kekhawatiran pemilik mobil listrik adalah saat daya baterai habis. Tidak heran jika banyak yang fokus melihat persentasi baterai di dashboard. Padahal, kata dia, seperti Wuling Air ev yang memiliki dua varian jarak tempuh (Long Range 300 kilometer dan Standard Range sekitar 200 kilometer), yang harus dilihat semestinya adalah indikator jarak tempuh. Jadi meski baterai dalam kondisi 20 persen, namun jarak tempuh masih tersisa 50 kilometer, kita bisa tetap sampai jika lokasi yang kita tuju masih berjarak 30 kilometer.
“Jadi intinya, yang dilihat adalah jarak tempuh, bukan indikator sisa persentase baterai. Kalau indikator jarak tempuh sudah di bawah 50 kilometer, ada baiknya langsung mencari titik pengecasan mobil listrik terdekat,” ujar Gomgom.
2. Bunyi Suara UFO
Saat mobil listrik melintas, orang-orang di sekeliling kerap terkejut dengan suaranya yang cukup futuristik, bahkan ada yang tidak ada suara sama sekali. Hal itu bukannya tidak normal, melainkan modul suara untuk memperingatkan para pejalan kaki agar mereka menyadari adanya mobil listrik yang lewat.
3. Mobil listrik nyetrum saat dicuci
Namanya memang mobil listrik, dan dilengkapi dengan baterai lithium-ion. Baterai ini sama dengan daya yang digunakan untuk smartphone. Hanya saja, bentuknya lebih besar dan berat. Nah, sama halnya dengan baterai smartphone, ada pelindung yang mencegahnya mengeluarkan setrum sembarangan. Namanya standar IP67. IP singkatan dari Ingress Protection, yakni teknologi perlindungan pada perangkat. Angka 6 berarti baterai tersebut bebas dari debu dan kotoran, sedangkan angka 7 dimaksud sebagai tingkat perlindungan terhadap air. Air yang dimaksud adalah kedalaman sampai 1 meter.
Jadi, baterai mobil listrik seperti Wuling Air ev tidak akan menyetrum siapapun yang menyentuhnya, apalagi saat mobil dicuci atau terkena air hujan saat dipakai di jalanan.
4. Baterai harus full
Sama halnya seperti smartphone, indikator baterai akan memperlihatkan angka 100 saat diisi full dan 0 persen saat habis total. Nah, yang harus diingat adalah, baterai tidak perlu dicas atau dicolokkan dalam waktu lama. Gomgom memberikan tips agar baterai mobil listrik awet sampai bertahun-tahun.
“Saat baterai mau habis, akan ada indikator ketika mencapai angka 5 persen. Di sini Wuling Air ev juga punya mode penghemat baterai atau Battery Safe Mode. Nah, jangan sampai tunggu baterai habis ke nol persen. Usahakan tidak kurang dari 5 persen, kemudian lakukan pengecasan. Sedangkan pengecasan jangan sampai full 100 persen, bisa di bawah itu,” ujar Gomgom.
Wuling Air ev memiliki baterai kapasitas 26,7 Kwh yang jika dihitung per Kwh hanya sekitar 1700 rupiah Jadi bisa dibandingkan biaya isi daya mobil listrik dengan mobil bahan bakar bensin yang harganya Rp14.000 per liter. Oia, Wuling Air ev butuh pengecasan selama 8 jam untuk bisa mencapai full power atau 100 persen. Jika sudah full power, jarak tempuhnya bisa mencapai 300 kilometer (untuk varian Long Range).
Mobil listrik memiliki keuntungan yang cukup menarik jika mitos kendaraan listrik tidak lagi ada di masyarakat. Selain tidak harus mengisi bensin, harga belinya pun murah. Misalnya Wuling Air ev yang hanya berkisar Rp250 jutaan. Apalagi memakai mobil listrik saat ini bisa dipakai kapan saja karena lolos ganjil genap.
Baca juga konten menarik mengenai traveling di Traveldiva, bagi penggemar teknologi kamu juga bisa kunjungi Gadgetdiva dan Gizmologi