Otodiva – Pasar mobil listrik global mengalami penurunan performa, baik untuk kendaraan listrik sepenuhnya maupun plug-in hybrid (PHEV). Kondisi ini memaksa para produsen mobil terkemuka untuk mengubah strategi mereka terkait mobil listrik. Meski diharapkan terus meningkat, penjualan mobil listrik ternyata tidak secepat yang diperkirakan.
Menurut data dari firma riset pasar Rho Motion, penjualan mobil listrik global hanya naik sekitar 20% pada paruh pertama tahun 2024. Meski ada pertumbuhan, angka ini masih lebih rendah dari proyeksi awal. Di Eropa, pertumbuhan bahkan hanya mencapai 1% pada periode yang sama. Hal ini menandakan tantangan yang dihadapi industri otomotif dalam memperluas pasar mobil listrik.
Tantangan di Pasar Eropa dan Pertumbuhan Hybrid
Khususnya di Eropa, penjualan mobil listrik menghadapi hambatan yang cukup besar. Meskipun demikian, penjualan mobil hybrid menunjukkan peningkatan. Mobil hybrid dianggap sebagai solusi sementara sebelum pasar benar-benar beralih ke kendaraan listrik sepenuhnya. Mobil hybrid, dengan kombinasi mesin bensin dan listrik, memberikan konsumen pilihan yang lebih fleksibel di tengah transisi ke mobil listrik penuh.
Beberapa produsen besar, seperti Toyota, Volvo, dan Ford, baru-baru ini merevisi ekspektasi mereka terkait mobil listrik. Berikut adalah beberapa perubahan yang dilakukan oleh para produsen tersebut:
Toyota: Target Produksi Mobil Listrik Dikurangi
Sebagai produsen mobil terbesar di dunia, Toyota menjadi salah satu yang terdampak oleh lesunya pasar mobil listrik. Pada awalnya, Toyota berencana untuk memproduksi 1,5 juta mobil listrik per tahun pada 2026. Namun, target tersebut kemudian direvisi menjadi 1 juta unit, seperti yang dilaporkan oleh harian bisnis Nikkei pada 6 September 2024.
Meski demikian, Toyota menegaskan bahwa revisi tersebut bukan berarti mereka mengurangi komitmennya terhadap kendaraan listrik. Dalam pernyataannya, perusahaan menyebutkan bahwa angka-angka tersebut lebih merupakan tolok ukur bagi pemegang saham, bukan target absolut yang harus dicapai. Toyota masih menargetkan produksi 3,5 juta mobil listrik per tahun pada 2030.
Volvo: Target Mobil Listrik Sepenuhnya Ditinjau Ulang
Volvo, pabrikan mobil asal Swedia, juga melakukan peninjauan ulang terhadap targetnya. Pada 4 September 2024, Volvo mengumumkan bahwa mereka akan tetap menawarkan beberapa model hybrid pada 2030, meski sebelumnya berencana untuk beralih sepenuhnya ke mobil listrik.
Kini, Volvo menargetkan bahwa antara 90-100% mobil yang mereka jual pada tahun 2030 akan berupa mobil listrik murni atau plug-in hybrid. Sementara itu, 10% lainnya diproyeksikan menjadi mild hybrid, yang masih menggunakan mesin pembakaran internal.
Volkswagen: Target Tetap, Namun Waspada Permintaan
Volkswagen, produsen mobil terbesar di Eropa berdasarkan penjualan, sejauh ini belum mengubah targetnya untuk 2030. Perusahaan ini tetap berkomitmen untuk mencapai 70% penjualan mobil listrik di Eropa dan 50% di pasar Amerika Serikat serta China.
Namun, Volkswagen juga menyadari tantangan yang dihadapi pasar. Pada Agustus 2024, Kepala Teknologi Grup Volkswagen menyatakan bahwa rencana pembangunan pabrik baterai mereka masih bergantung pada permintaan kendaraan listrik. Ini menunjukkan bahwa meskipun target belum berubah, Volkswagen tetap waspada terhadap perkembangan pasar.
Ford: Beralih ke Hybrid
Ford, salah satu produsen mobil terbesar di Amerika Serikat, juga menurunkan ambisinya terkait mobil listrik. Pada Agustus 2024, Ford mengumumkan bahwa mereka akan mengurangi porsi belanja modal tahunan untuk kendaraan listrik murni menjadi sekitar 30%, turun dari target sebelumnya yang mencapai 40%.
Perusahaan ini semakin fokus pada pengembangan kendaraan hybrid, mengingat adanya peningkatan permintaan untuk teknologi ini. Selain itu, Ford juga menghentikan rencana produksi SUV listrik dan menunda peluncuran versi listrik baru dari truk pikap terlarisnya. Langkah ini menunjukkan bahwa Ford melihat hybrid sebagai solusi yang lebih realistis di tengah ketidakpastian permintaan mobil listrik.
Lesunya pasar mobil listrik global telah memaksa produsen mobil untuk menyusun ulang strategi mereka. Meskipun teknologi kendaraan listrik masih dianggap sebagai masa depan industri otomotif, para produsen mobil kini lebih berhati-hati dalam menetapkan target. Transisi menuju mobil listrik tampaknya akan membutuhkan waktu lebih lama dari yang diperkirakan, dan hybrid masih akan memainkan peran penting dalam transisi ini.
Dalam situasi yang penuh tantangan ini, para produsen mobil berusaha menyeimbangkan antara inovasi dan permintaan pasar. Perubahan target yang dilakukan Toyota, Volvo, Volkswagen, dan Ford adalah cerminan dari dinamika pasar mobil listrik saat ini, di mana fleksibilitas dan adaptasi menjadi kunci untuk tetap bersaing di pasar global.